Perkedel Kentang Bondon

Sebuah warung sederhana dengan papan nama kecil bertuliskan “Warung Nasi M. Unus”, sepintas tidak ada bedanya dengan warung-warung makan yang lain. Terletak di daerah belakang stasiun Bandung, agak masuk kawasan terminal stasiun hall Bandung. Warung ini jam 9 malam sudah dibuka, dengan menu standar nasi dengan lauk ayam, gepuk (empal), tahu dan tempe.

Ketika menjelang malam antrian di depan warung ini mulai terlihat, bahkan telihat juga beberapa tukang becak yang ikut mengantri. Mereka adalah joki yang berdiri di antrean untuk orang-orang yang memesan mereka agar datang terlebih dahulu. Mereka rela mengantri cukup lama untuk mendapatkan perkedel kentang.

Tempat ini memang lebih dikenal dengan nama “Perkedel Kentang Bondon”. Dalam bahasa Sunda, Bondon artinya “Wanita malam yang masih muda belia”. Menurut cerita, nama Bondon yang melekat pada makanan ini, karena memang perkedel bondon hanya ada atau dijual ketika tengah malam saja. Dalam sehari warung ini bisa menghabiskan hingga 40 kg kentang untuk membuat perkedel Bondon.

Perkedel yang dijual di kedai ini terbuat dari kentang, diolah dengan bahan lainnya kemudian dimasak/ digoreng di atas tungku api. Sedangkan bahan bakarnya masih tradisional, menggunakan kayu bakar/ arang. Mungkin cara memasak perkedel ini yang membuat rasanya menjadi berbeda. Disajikan masih panas-panas dan dengan sambal saja sudah cukup untuk menemani nasi sebagai lauk bersantap atau sebagai kudapan dengan cocolan sambal. Sedangkan sambal yang menemani terbuat dari sambal terasi. Biasanya perkedel ini sudah habis sekitar jam 3 dini hari.

Rate this post

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *